Boros

Semenjak pandemi jadi endemi, banyak acara yang diselenggarakan secara offline di Yogya, salah duanya adalah konser musik dan pertunjukan stand up comedy.

Sebagai makhluk yang kadang ingin sendiri kadang ingin bersama orang lain, aku kadang suka nonton apapun sendiri. Nggak tau kayaknya aku ingin menikmati stage bersama diriku sendiri. Selama lima bulan terakhir aku datang ke konser sendirian itu dua kali, ke acara stand up comedy juga dua kali, selebihnya aku nonton bersama teman-teman. Dan itu sama-sama menyenangkan. Cuman kalau sendirian, aku bisa bebas berangkat jam berapa aja, pindah posisi nonton di mana aja.

Belum lama ini aku mikir soal borosnya aku, boros buat beli tiket musik dan juga tiket stand up comedy, tapi ya gitu atas dasar self reward aku melakukannya, sungguh sangat tidak bijaksana. Dari bulan Oktober tahun lalu sampai Maret bulan depan, ada aja acara yang aku ikuti, dan ya betul memakai uang yang cukup lumayan. Aku masih bingung juga sih sebetulnya diriku ini berpikir apa, entah memang untuk penghargaan diri sendiri atau ya memang boros aja. Rasanya perlu ada evaluasi.

Kadang tuh aku mikir kalau nggak beli sekarang kapan lagi, belum tentu besok ada acara seperti ini lagi dengan bintang tamu yang sama. Jadi ya itulah alasan yang sering aku gunakan. Intinya, kalau bukan sekarang kapan lagi?

Selain untuk membeli tiket, aku juga suka sekali membeli jajan. Akhir-akhir ini baru suka banget jajan pizza sama pasta, sungguh menguras kantongku yang tidak seberapa.

Gimana ya caranya biar nggak boros? Sepertinya jawabannya adalah: menjadi kaya.

Hah? Jawaban macam apa itu. Ya tapi setidaknya kalau kaya terus boros itu nggak miskin-miskin amat pas after beli-beli. Hadeh dasar manusia. Dasar aku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pradikta Wicaksono

Bicara

Kalau Akhirnya Kita Nggak Sama-Sama