Alasan

Kenapa sih harus banyak alasan? Susah banget ya bilang “nggak”?

Dewasa ini, halah dah kayak artikel. Akhir-akhir ini aku sering berpikir kenapa manusia suka banyak alasan padahal sebetulnya tinggal jawab aja kalau nggak mau. Ya mungkin aku juga kadang gitu juga kali ya, tapi lupa deh terakhir kapan.

Beberapa tahun belakangan ini aku menganut asas “iya atau tidak”. Jadi semisal ada yang nanya mau ikut nggak, atau besok ke sini yuk, kalau aku nggak mau aku jawab nggak mau, nggak perlu muter-muter, capek bunda.

Sadar nggak sadar kalau kita menjawab ajakan dengan jawaban yang mengada-ada, pasti akan diikuti dengan alasan-alasan yang mulai nggak masuk akal. Sama kayak kalau berbohong, kita pasti harus menutupi kebohongan pertama dengan kebohongan-kebohongan selanjutnya. Sepertinya sama ya, ujung-ujungnya bohong juga, dusta, dosa.

Banyak alasan membuat kita nampak sulit menolak sesuatu, sulit bilang nggak. Padahal nolak itu nggak papa. Sering sekali aku mendapat kalimat “lain kali ajak aku ya” sehabis membuat story di media sosial, sungguh seringnya aku menjawab “nggak mau, kamu aja yang nanya aku mau ke sini nggak, aku soalnya tidak mau berjanji”. Maksudku kayak, kenapa kalian yang butuh tapi harus aku yang mengingatnya? Daya ingatku rendah kawan, dan sungguh aku adalah tipe orang yang kalau udah bilang “iya” akan aku ingat dan aku tepati sebisaku. Ini lebih ke aku nggak mau kalau nggak nepatin janji.

Beberapa pendapat mungkin memang nggak bisa kita terima ya, ya nggak papa, cukup diiyakan aja. Kita nggak bisa kontrol pikiran orang lain, yang bisa kita kontrol hanyalah diri kita sendiri. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pradikta Wicaksono

Bicara

Kalau Akhirnya Kita Nggak Sama-Sama