Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Nano-Nano

Februari rasa nano-nano, dua puluh delapan hari yang terasa sangat singkat! Bulan kedua di tahun ini sudah terlalui ya teman-teman. Sungguh waktu cepat berlalu, beberapa rencana masih menjadi wacana, beberapa rencana hanya terlaksana sebentar saja. Entah hoki atau kebetulan semata, tapi bulan ini aku cukup senang dengan beberapa hal. Mendapat dua give away dari Instagram , yang satu tiket konser buat bulan Mei, yang satunya kupon makan pizza gratis. Sungguh tidak aku duga, kalau yang tiket konser emang niat ya, tapi nggak niat-niat amat juga sebetulnya, terus kalau yang pizza itu aku ikut dua jam sebelum kuis ditutup, sungguh sangat hoki bukan? Apakah memang benar ya kalau nothing to lose itu benar adanya? Kayaknya iya sih ya? Nanya mulu dah aku. Selain mendapat bahagia yang bertubi-tubi, aku mendapat tantangan baru juga dari Poci. Bulan ini dia sakit, harus manggil dokter buat cek, harus dapat penanganan yang lebih pula. Kejadian ini lagi-lagi membuatku sadar bahwa aku sanga...

Alasan

Kenapa sih harus banyak alasan? Susah banget ya bilang “nggak”? Dewasa ini, halah dah kayak artikel. Akhir-akhir ini aku sering berpikir kenapa manusia suka banyak alasan padahal sebetulnya tinggal jawab aja kalau nggak mau. Ya mungkin aku juga kadang gitu juga kali ya, tapi lupa deh terakhir kapan. Beberapa tahun belakangan ini aku menganut asas “iya atau tidak”. Jadi semisal ada yang nanya mau ikut nggak, atau besok ke sini yuk, kalau aku nggak mau aku jawab nggak mau, nggak perlu muter-muter, capek bunda. Sadar nggak sadar kalau kita menjawab ajakan dengan jawaban yang mengada-ada, pasti akan diikuti dengan alasan-alasan yang mulai nggak masuk akal. Sama kayak kalau berbohong, kita pasti harus menutupi kebohongan pertama dengan kebohongan-kebohongan selanjutnya. Sepertinya sama ya, ujung-ujungnya bohong juga, dusta, dosa. Banyak alasan membuat kita nampak sulit menolak sesuatu, sulit bilang nggak. Padahal nolak itu nggak papa. Sering sekali aku mendapat kalimat “lain kali aj...

Boros

Semenjak pandemi jadi endemi, banyak acara yang diselenggarakan secara offline di Yogya, salah duanya adalah konser musik dan pertunjukan stand up comedy . Sebagai makhluk yang kadang ingin sendiri kadang ingin bersama orang lain, aku kadang suka nonton apapun sendiri. Nggak tau kayaknya aku ingin menikmati stage bersama diriku sendiri. Selama lima bulan terakhir aku datang ke konser sendirian itu dua kali, ke acara stand up comedy juga dua kali, selebihnya aku nonton bersama teman-teman. Dan itu sama-sama menyenangkan. Cuman kalau sendirian, aku bisa bebas berangkat jam berapa aja, pindah posisi nonton di mana aja. Belum lama ini aku mikir soal borosnya aku, boros buat beli tiket musik dan juga tiket stand up comedy , tapi ya gitu atas dasar self reward aku melakukannya, sungguh sangat tidak bijaksana. Dari bulan Oktober tahun lalu sampai Maret bulan depan, ada aja acara yang aku ikuti, dan ya betul memakai uang yang cukup lumayan. Aku masih bingung juga sih sebetulnya diriku ...

Resign

Jangan lupa satu bulan pemberitahuan. Kamu udah capek bekerja di kantor kamu yang sekarang? Resign aja, ngapain bertahan kalau udah nggak suka? Demi uang ya? Ya nggak papa. Namanya juga hidup, butuh uang. Tapi ya setelah aku pikir-pikir, nggak papa tau dapetin uang yang lebih sedikit tapi hati senang, daripada uangnya lebih tapi hidup nggak berkembang, apalagi kalau emang udah nggak nyaman sama kantor yang sekarang. Uang uang uang, kadang idealism emang kalah sama uang, tapi mau sampai kapan? Ya kalau aku, aku juga nggak tau, tapi yang jelas sebenarnya aku pengen nyari yang baru. Yang sekarang kayaknya udah harus ditinggalin, nggak perlulah bertahan lama-lama kalau emang udah pengen ganti. Tapi sejujurnya pekerjaan yang sekarang itu fleksibel banget waktunya, aku jadi banyak waktu sama keluarga, cuman ya gitu, yang aku dapet gitu-gitu aja, apa sebetulnya nggak perlu ninggalin yang sekarang ya? Cuman butuh improve aja, biar dapat lebih. Anw , setiap pekerjaan pasti punya tantangannya ...

Pradikta Wicaksono

Pria 37 tahun yang memiliki segudang kemampuan, dari alat musik, bernyanyi, tenis, free dive , sayang kucing, dan yang paling manis adalah sayang aku, tentu saja salah, yang benar adalah sayang mama. Apakah sayang merupakan sebuah kemampuan? Anggap saja iya. Dia menjadi yatim semenjak beberapa tahun yang lalu, kini dia tinggal bersama kucingnya, Jimbon. Dia memang tidak tinggal bersama mamanya, tapi mereka sering menghabiskan waktu bersama. Kenapa aku sangat tau? Ya, melalui akun media sosialnya. Belasan tahun berkarir bersama Yovie & The Nuno, kini dia memilih untuk bersolo karir. Dikta Project. Sebentar, bukan ini yang ingin aku bahas, melainkan alasanku mendambakannya, oke berlebihan, maksudku alasanku mengidolakannya. Aku mengetahui keberadaan Dikta sudah dari lama, aku mengikuti beberapa karyanya, seperti lagu-lagu dia bersama grupnya yang dulu, sinetronnya, atau series YouTube. Sebagian orang berpikir aku mengidolakannya baru-baru ini saja, tidak apa-apa, karena mungkin...