Perutku Punya Matahari

Aku suka makan pedas.

Makanan pedas membuat hidupku lebih hidup. Tanpa makanan pedas aku bisa merasakan kosong yang teramat dalam.

Aku suka makanan pedas tapi tidak suka minuman pedas, karena ya aneh aja, masa es cabe rawit, atau es campur lombok ijo, aneh.

Aku suka makanan pedas apapun itu. Meskipun keesokan harinya perutku punya matahari alias panas, tapi tidak apa-apa, hanya sebentar, seperti kamu yang datang tidak lama, sebentar saja, tapi sampai sekarang aku masih belum bisa lupa, hebat ya kamu.

Kembali ke kamu, eh maksudnya ke kita, kita ini apa? Teman kok tiap hari komunikasi, tanya makan belum, kamu pikir aku amnesia, aku sehat, aku tidak mungkin lupa makan. Aku kangen kamu, intinya itu.

Kembali ke perutku. Perutku sering ada mataharinya, panas, tapi aku tidak pernah makan sunscreen, karena mahal, biarkan saja isi perutku terbakar, biar lemaknya berkurang.

Aku suka makan pedas, tapi aku tidak suka berkeringat, kecuali ada AC, tapi rumahku tidak ada AC-nya, kasihan ya.

Aku suka makan pedas, tapi katanya jangan banyak-banyak, tidak baik. Adapun hal yang baik itu adalah memberi kepastian, jangan menggantung hubungan, apalagi memberi harapan kepada orang yang menginginkan. Intinya aku masih kangen kamu.

Makanan pedas yang sering aku makan adalah seblak, seblak merupakan makanan dari Bandung Lautan Api yang terdiri dari kerupuk, bakso, siomay, mie, sosis dan topping lainnya. Selain seblak masih banyak lagi, ada baso aci, bakso yang bukan baso aci, cilok, siomay, mie, dan semua makanan yang dihidangkan dengan sambal, tidak perlu sambalado karena aku bukan Ayu Ting-Ting, aku adalah Ayah Rojak.

Sekian dulu karena tulisan ini sangat tidak memiliki arah, maklum bukan kompas, sudah ya, ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pradikta Wicaksono

Bicara

Kalau Akhirnya Kita Nggak Sama-Sama