Minimal Bilang

Sebagai tim yang dulu milih buat ngilang daripada bilang, minimal bilang ini tuh susah lho haha.

Beberapa tahun silam aku lebih memilih untuk ngilang daripada harus bilang. Cut off sepihak. Nggak bagus soalnya menyakiti, soalnya juga nggak jelas buset. Tapi ya gitu, aku butuh waktu hampir tiga tahun untuk mengolah itu semua. Sekarang aku menjadi pribadi yang dikit-dikit bilang. Cuman emang harus disaring, nggak boleh yang bilang pas kondisi amarah memuncak haha, kalau emang mau bilang hal-hal yang serius, better ambil waktu buat kontemplasi dulu wkwk. At least ambil waktu buat nenangin diri, berpikir baiknya ngomong apa, jadi pas ngomong tuh udah disaring gitu nggak yang mentah-mentah amat.

Minimal bilang tuh menjadi solusi dari perasaan menebak-nebak, nggak enak tau nebak-nebak kondisi, iya kalau bener, kalau salah? Kamu ngira dia suka kamu, padahal ternyata dia suka ibumu, kan rancu.

Jadi sekarang kalau emang bisa bilang, bilang aja, jangan ditahan. Tapi kalau emang belum siap, disiapin dulu, biar pas bilang nggak nyesel. Tapi satu hal yang aku pelajari dari hal ini, kadang buat bilang sesuatu itu kita nggak perlu menunggu waktu yang tepat, karena kadang kita nggak tau waktu yang tepat itu kapan, jangan sampai nunggu doang. Kadang kita nggak boleh cuman nunggu, bikin aja, buat moment itu.

Iya, moment itu kadang nggak bisa kalau cuman ditunggu, kadang perlu dibuat. Iya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pradikta Wicaksono

Bicara

Kalau Akhirnya Kita Nggak Sama-Sama