Tumbuh Bersama Luka

Setiap manusia tumbuh bersama lukanya masing-masing, sebagian bisa mengobati lukanya meski berbekas, sebagian lagi membiarkan lukanya semakin lebar dan meluas.

Kamu menjadi bagian yang mana?

Aku sendiri tidak tau aku menjadi bagian yang mana, bisa jadi keduanya. Terkadang manusia hidup dengan luka yang cukup banyak, dan masing-masing luka tersebut diproses secara berbeda. Tidak ada yang salah dengan cara merawat luka, asalkan tujuan utamanya adalah menyembuhkannya. Kalau kita dengan sengaja membiarkannya atau malah mengobatinya dengan luka yang lain, aku rasa perlu dipertimbangkan lagi.

Kata Dzawin Nur di lirik lagunya “tawa berawal dari luka”. Ketika aku mendengar lirik tersebut, aku tersenyum dan mengiyakannya. Ya meskipun tidak semua luka bisa kita tertawakan, tapi setidaknya kita bisa mengambil hikmahnya. Sebagai orang Jawa aku diajarkan untuk selalu merasa beruntung. Contoh, kita naik sepeda dan terjatuh lalu sikut kita berdarah, pasti ada saja yang bilang “untung hanya sikut yang berdarah, bukan bagian wajah”. Begitu terus, ada saja cara kita membandingan kejadian pahit dengan kejadian yang lebih pahit, dengan tujuan bersyukur.

Memiliki bekas luka memang sering kali membuat kita tidak percaya diri, banyak orang yang sekuat tenaga menghapusnya, atau bahkan menyembunyikannya. Sebagian bekas luka memang bisa hilang, tapi sebagian yang lain hanya bisa tersamarkan, ya setidaknya sudah tidak perih jika dipegang.

Dari luka kita belajar banyak, cara menyembuhkannya, cara menghapusnya, cara berdamai dengan bekasnya. Tidak apa-apa memiliki bekas luka, jadikan ia saksi bahwa kamu sudah berhasil melewati proses perihnya. Masih banyak luka yang menunggu kita di depan sana, masih banyak yang perlu kita sembuhkan.

Selamat berproses dengan luka, baik-baik ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pradikta Wicaksono

Bicara

Kalau Akhirnya Kita Nggak Sama-Sama