Menjadi Asing

Setelah tak lagi berkabar satu sama lain, akhirnya kita menjadi asing. Semua berjalan masing-masing, tidak ada kata saling.

Hidup terus berjalan meski kita tidak saling beriringan. Kita sudah sangat jauh, dan itu pilihan. Pilihan yang kadang membuatku sangat bersyukur, tapi di sisi lain pilihan itu juga yang kadang membuatku merasa sangat tersungkur.

Kadang ingin kembali, kadang ingin tetap di situasi saat ini. Tersenyum mengingatmu, menangis merindukanmu, lucu.

Padahal kalau dipikir-pikir harusnya kita bisa lho bareng-bareng, ya tapi itu pikiranku, bukan pikiranmu. Andai aja pikiranmu sama kayak pikiranku, nggak mungkin sih kita ada di titik saat ini. Tapi ya udah, mau gimana lagi.

Maaf ya bahasaku campur-campur, kadang baku, kadang nggak. Ya gitu, susah buat bertahan dalam satu jalan. Kayak aku yang udah milih jalan ini tapi kadang masih pengen puter balik. Kalau Tuhan ngasih jalan buat puter balik di tikungan depan, kayaknya akan aku ambil sih, dengan catatan kamu ada setelah aku berputar arah, kalau nggak ya buat apa, mending kayak gini.

Kangen tuh menurutku wajar banget, apalagi kalau kita pergi ke tempat yang sering kita datangi atau melakukan hal yang biasanya kita lakukan sama orang yang sama dan sifatnya berulang. Rasanya kadang dia ada di sana juga, padahal yang ada cuman kenangannya.

Semangat ya, semoga yang terbaik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pradikta Wicaksono

Bicara

Kalau Akhirnya Kita Nggak Sama-Sama